EKOSISTEM
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
1.
PENDAHULUAN
Konsep strategi pengelolaan DAS sudah dikenal dibanyak
negara maju dan negara berkembang (Philipina, Cina. Jepang dll). Pengelolaan
DAS seperti di Indonesia, negara-negara di Afrika dan Amerika Latin dan dinegara
Asia lainnya, belum dapat diharapkan hasilnya karena belum adanya kerangka
kerja pengelolaan DAS nasional yang benar, sehingga disana-sini timbul masalah
kerusakan DAS. Akibat pengelolaan sumber DAS yang buruk dimasa lalu dan
sekarang ternyata telah mengurangi secara berarti kondisi ekonomi, sosial dan
lingkungan disuatu negara/daerah.
Proyek-proyek pengelolaan DAS
pada saat itu lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur fisik kegiatan
konservasi lahan untuk mencegah banjir dan erosi yang hampir seluruhnya
dibiayai oleh pemerintah dan bantuan asing. Namun walau upaya pengelolaan DAS
yang sudah cukup lama dilakukan, ternyata karena kompleksitas masalah, hasilnya
belum memadai, terutama yang berkaitan dengan pembangunan SDM dan kelembagaan
masyarakat. Selama ini terdapat beberapa kesalahan pembenaran pengelolaan yang
menyebabkan perbaikan kerusakan DAS seringkali tidak memberikan hasil yang
optimum dan malah memperparah keadaan. Sebab-sebab kerusakan DAS antara lain
timbul akibat :
a. Perencanaan bentuk penggunaan lahan dan praktek pengelolaan yang tidak
sesuai,
b. Pertambahan jumlah penduduk baik secara alami maupun buatan,
c. Kemiskinan dan kemerosotan ekonomi akibat keterbatasan sumber daya manusia,
sumber alam dan mata pencaharian,
d. Kelembagaan yang ada kurang mendukung pelayanan kepada para petani di hulu
/hutan,
e. Kebijakan perlindungan dan peraturan legislatip, tidak membatasi
kepemilikan penggunaan lahan,
f. Ketidakpastian penggunaan hak atas tanah secara defakto pada lahan hutan.
Kerusakan
DAS terjadi dibanyak tempat dengan kuantitas yang berbeda sehingga menimbulkan
:
a. Penurunan kapasitas produksi sumber lahan akibat erosi tanah dan timbulnya
perubahan kondisi hidrologi, biologi, kimia dan sifat fisik tanh,
b. Pengurangan kualitas dan atau kuantitas air permukaan dan air tanah
sehingga menambah resiko kerusakan akibat banjir di hilir,
c. Pengurangan kualitas dan atau kuantitas sumber biomassa alam dan mengurangi
perlindungan terhadap penutup permukaan lahan oleh tanaman,
d. Penurunan genetik, jenis dan keragaman ekosistim didalam dan diluar DAS,
e. Kerusakan ekosistim terumbu karang di sekitar pesisir pantai.
Untuk membahas dan mempelajari masalah pengelolaan DAS
secara berkelanjutan, maka perlu diketahui mengenai istilah, pengertian dan
definisi yang berkaitan dengan pengelolaan DAS tersebut, yaitu :
Daerah
Aliran Sungai
(DAS) didefinisikan sebagai suatu
daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh
didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui suatu outlet
pada sungai tsb, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan
menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk
perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam.
Pendekatan DAS menggunakan
pengelolaan DAS untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan
sumber daya alam. Yang ditanamkan dalam pendekatan ini adalah pengakuan adanya
hubungan erat antara lahan dan air dan antara daerah hulu dan hilir, serta
pelaksanaan praktek yang tepat, sesuai dengan sasaran.
Pengertian
Pengelolaan DAS yaitu merupakan suatu kegiatan menggunakan semua sumber daya alam/biofisik
yang ada, sosial-ekonomi secara rasional untuk menghasilkan produksi yang
optimum dalam waktu yang tidak terbatas (sustainable), menekan bahaya kerusakan
seminimal mungkin dengan hasil akhir kuantitas dan kualitas air yang memenuhi
persyaratan (Sinukaban, N. 2000).
Tujuan
pengelolaan DAS adalah Sustainable Watershed Development dengan memanfaatkan sumber daya
alam didalam DAS secara berkelanjutan dan tidak membahayakan lingkungan di
sekitarnya.
Praktek Pengelolaan DAS adalah
suatu kegiatan perubahan / upaya pengelolaan dalam penggunaan lahan, seperti :
penutup tanaman dan kegiatan nonstruktur lainnya serta kegiatan struktur yang
dilakukan di dalam DAS untuk mencapai suatu tujuan.
Konsep
dasar pengelolaan DAS adalah bahwa keberhasilan pengelolaan akan terwujud bila seluruh pengambil
kebijakan seperti : pemerintah, badan pemerintahan negara dan internasional,
lembaga keuangan dan masyarakat sendiri ikut berperanan secara aktip mengelola
DAS untuk memperbaiki kesejahteraan dan sosial ekonomi negara dan manusia.
Setiap kegiatan pengelolaan dilakukan berdasarkan pendekatan secara
komprehensif oleh semua pihak terkait dengan menggali semua kemampuan
potensialnya seperti : pendistribusian makanan yang merata, luas lahan,
produksi kayu dan bahan bakar, sistem hidrologi, penyediaan air irigasi,
mengurangi kemungkinan banjir, kekeringan dan bahaya alam lainnya seperti
erosi, penggaraman dan penggurunan. Juga kebutuhan akan infrastruktur (sarana
dan prasarana), pemasaran dan proses perbaikan kondisi masyarakat dan
lingkungan sosial-ekonomi seperti : fasilitas kridit, koperasi, pelayanan
kesehatan dan pendidikan yang terjangkau.
Ciri-ciri
pengelolaan yang baik yaitu
menghasilkan produktifitas yang tinggi dengan meningkatnya : pendapatan; jumlah
dan distribusi kualitas dan kuantitas yang baik; mempunyai sifat lentur dan
azaz pemerataan.
Indikator
pengelolaan DAS yang baik adalah
produksi yang berkelanjutan; kerusakan lahan dan air minimum; distribusi hasil
air yang berkualitas dan berkuantitas baik; teknologi yang dipakai dapat
diterima; dan mensejahterakan seluruh masyarakat yang terkait. Untuk
menghasilkan tujuan tsb diperlukan teknologi pengelolaan DAS untuk mengurangi
bahaya banjir dan erosi dimusin hujan dan menaikan debit air sungai pada waktu
musim kering. Model-model simulasi hidrologi digunakan untuk mendapatkan
perubahan tsb berdasarkan teknologi konservasi tanah berupa : cara agronomi;
vegetatip; mekanis; dan manajemen. Keberhasilan pengelolaan DAS bukan hanya
semata dari tujuan, namun yang penting adalah bagaimana cara mencapai tujuan
tsb. Untuk itu diperlukan suatu “usaha/strategi pengelolaan DAS secara
berkelanjutan”.
Prinsip
umum pengelolaan DAS diidentifikasikan oleh Black
(1970), yaitu :
a. Ekologi
alami DAS merupakan suatu sistim dan keseimbangan yang dinamis,
b. Mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi run-off,
c. Distribusi air tidak merata dalam siklus hidrologi, sehubungan dengan
praktek
pengelolaan DAS.
2. KOMPONEN
EKOSISTEM DAS
Komponen Biotik
Komponen biotik seperti disinggung di atas tersusun atas
berbagai jenis organisme. Komponen biotik mencakup tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme. Masing-masing memiliki peranan yang berbeda dalam sebuah
ekosistem.
a. Produsen
Produsen merupakan kelompok organisme yang mampu
memanfaatkan secara langsung energi dari lingkungan abiotik. Produsen terbesar
dalam bumi ini adalah tumbuhan. Tumbuhan memiliki kemampuan melaksanakan
fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses yang mengubah senyawa anorganik
(karbondioksida dan uap air), menjadi senyawa organik berupa gula (glukosa dan
gula lain seperti triosa-posfat). Senyawa tersebut menyimpan energi dalam
bentuk ikatan kimia.
b. Konsumen
Konsumen dimulai dari kelompok herbivora hingga karnivora
seperti elang. Herbivora merupakan konsumen yang berada pada tingkat paling
bawah, sehingga dinamakan konsumen primer. Selanjutnya, konsumen primer yang
berupa herbivora akan dimakan oleh hewan-hewan karnivora pertama. Kelompok
hewan pemakan konsumen primer dinamakan dengan konsumen sekunder, yang berarti
terjadi pemindahan energi dari konsumen primer ke konsumen sekunder. Proses
tersebut merupakan proses makan memakan, yang berujung pada konsumen puncak.
c.
Dekomposer
Dekomposer merupakan kelompok organisme yang menguraikan
senyawa-senyawa sisa organisme mati. Dekomposer memiliki mekanisme kerja
penguraian yang melibatkan proses metabolisme dalam tubuhnya. Sisa kehidupan
tersebut akan terurai dalam tubuh dan keluar sebagai metabolit, hasil
metabolisme tubuh dari organisme dekomposer. Dekomposer dapat bekerja
menguraikan sisa kehidupan dalam ekosistem karena mereka memiliki enzim yang
mampu memecah senyawa sisa tersebut.
Komponen biotik dalam ekosistem memiliki keterkaitan
antara satu dengan yang lain. Dalam konsep rantai dan jaring-jaring makanan,
berbagai individu melakukan interaksi makan memakan, baik dari produsen ke
konsumen primer atau tingkatan selanjutnya. Rantai makanan merupakan proses
makan memakan pada ekosistem yang melibatkan masing-masing satu pihak tiap
tingkatan, sedangkan jaring-jaring makanan merupakan gabungan dari beberapa
rantai makanan.
b. Komponen Abiotik
Komponen abiotik tersusun atas benda-benda mati. Peranan
komponen abiotik sangatlah beragam. Adapun berbagai komponen abiotik dan fungsinya
dalam ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Air
Air
merupakan komponen abiotik yang sangat penting bagi semua jenis organisme.
Semua makhluk hidup memerlukan air karena air merupakan komponen terbesar dalam
tiap makhluk hidup. Air berperan sebagai pelarut biologis dan sebagai media
berlangsungnya reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup. Hal itu disebabkan
karena sebagian besar enzim pada tubuh hewan merupakan enzim hidrolase, yaitu
membutuhkan air untuk dapat melaksanakan fungsinya.
b. Udara
Udara merupakan komponen abiotik yang penting bagi
makhluk hidup. Udara menyediakan ruang hidup selain sebagai penyedia gas yang
dibutuhkan tubuh. Komponen udara terbesar di atmosfer bumi adalah dinitrogen
(78%), oksigen (21%), dan sisanya karbondioksida, argon, serta berbagai gas
lain mengisi 1% sisanya.
Makhluk hidup memiliki kebutuhan terhadap udara yang
berbeda. Tumbuhan memerlukan karbondioksida sebagai bahan fotosintesis.
Sebagian besar makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk proses respirasi
seluler, kecuali pada beberapa organisme anaerob. Sebagian besar hewan dan
organisme lain mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil respirasi. Ada juga
yang memerlukan gas dinitrogen atau nitrogen dari atmosfer seperti bakteri
Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen bebas.
c.
Tanah
dan Batuan
Tanah dan batuan memiliki fungsi yang beragam. Tumbuhan
menggunakan tanah sebagai tempat tumbuh dan sumber nutrien. Berbagai jenis
hewan menggunakan tanah sebagai tempat hidup, misalnya cacing tanah dan
serangga tanah. Manusia menggunakan tanah untuk tempat hidupnya. Tanah juga
berperan sebagai penyedia air tanah, karena tanah menyimpan air yang bisa
keluar melalui berbagai sumber air. Berbagai makhluk hidup seperti lumut,
anggrek, dan lumut kerak hidup pada batuan yang jarang ditumbuhi oleh tumbuhan
tingka tinggi.
Tanah merupakan tempat teradinya siklus daur ulang
berbagai materi serasah. Daur ulang tersebut sebenarnya juga termasuk salah
satu cara pembentukan tanah. Tanah juga merupakan tempat remediasi berbagai
materi karena didalamnya mengandung banyak sekali jenis mikroorganisme.
d. Cahaya Matahari
Cahaya
matahari merupakan komponen abiotik yang berperan sebagai sumber energi
terbesar di bumi ini. Energi yang dibawa oleh cahaya matahari dinamakan dengan
foton. Foton inilah yang digunakan oleh tumbuhan untuk memulai dan melaksanakan
reaksi fotosintesis. Energi cahaya matahari akan diikat dalam ikatan kimia
berenergi tinggi.
Monitoring adalah suatu
kegiatan penilaian yang dilakukan secara terus-menerus pada suatu kegiatan
proyek pengelolaan DAS dalam hubungannya dengan rencana kerja pelaksanaan dan
penggunaan masukan proyek berdasarkan target jumlah sehubungan dengan harapan
perencanaan, jadi merupakan kegiatan proyek secara internal dan merupakan
bagian penting dari praktek pengelolaan yang baik, karena itu merupakan bagian
terintergrasi dari pengelolaan DAS sehari-hari (W.B/IFAD/FAO-1987). Monitoring
juga merupakan suatu kegiatan pengawasan yang dilakukan terus menerus atau
secara periodik dari suatu pelaksanaan kegiatan pengelolaan dalam menjamin
masukan yang diberikan, rencana kerja, keluaran yang ditargetkan dan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan lainnya, jadi monitoring merupakan cara kerja
yang sesuai dengan perencanaan (UN, 1984). Maksud dari monitoring adalah untuk
mencapai kinerja proyek pengelolaan DAS yang efektif berdasarkan ketentuan
peninjauan kembali kegiatan pengelolaan proyek pada semua tingkat agar
memungkinkan pengelola memperbaiki perencanaan operasionalnya menggunakan
kegiatan perbaikan secara cepat pada waktunya. Hal ini merupakan bagian dari
sistim informasi managemen yang terintegrasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian secara periodik terhadap : relevansi,
kinerja, efisiensi dan pengaruhnya terhadap proyek sehubungan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Kegiatan ini umumnya meliputi perbandingan antara informasi
yang dibutuhkan dari luar proyek pada suatu waktu, daerah dan populasi
(WB/IFAD/FAO, 1987), atau evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan secara
sistimatis dan obyektif tentang : relevansi, efisiensi, efektifitas dan
pengaruh kegiatan sehubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, jadi merupakan
proses yang berhubungan dengan pengorganisasian untuk memperbaiki
kegiatan-kegiatan yang masih dalam proses serta untuk tujuan perencanaan
pengelolaan yang akan datang, penyusunan acara dan dalam membuat suatu
keputusan.
DAS SEBAGAI SATU EKOSISTEM DALAM PENGELOLAAN
Ekosistem
DAS merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau
merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar
hubungan. Di sni tidak tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan
hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam
system itu serta energi yang diperlukan untuk hidupnya semua komunitas
tergantung kepada lingkungan abiotik pada DAS tersebut. Organisme produsen
memerlukan energi, cahaya, oksigen, air dan garam-garam yang semuanya diambil
dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama
diteruskan ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke konsumen – konsumen
lainnya melalui jaring-jaring makanan.
Meskipun komponen-komponen biologis
dari suatu kolam atau padang rumput nampak berada pada system yang tertutup,
namun pada kedua ekosistem itu sebenarnya merupakn system yang terbuka yang
merupakan bagian dari system aliran sungai yang lebih besar. Fungsi dan
stabilitas kolam dan padang rumput ini sepanjang tahun, sangat ditentukan oleh
aliran air, materi dan organisme yang masuk dari bagian-bagian lain dari DAS.
Bukan hanya erosi dan kehilagan unsure
hara dari hutan yang terganggu atau tanah pertanian yang rusak yang dapat
memurnikan mutu ekosistem – ekosistem ini, tetapi aliran keluar yang mengandung
bahan organic yang menyebabkan eutrofikasi (perkayaan) dan pengaruh – pengaruh
lainnya di bagianhilir. Kerana itu daerah aliran sungai (DAS) sebagaui suatu
keseluruhan, harus dipertimbangkan dalam pengelolaan, bukan hanya tubuh
perairannya saja atau areal yang bervegetasi saja. Untuk suatu system
pengelolaan yang baik setiap meter persegi air, diperlukan paling sedikit 20
kali luas DAS. Namun demikian perbandingan yang paling tepat sangat tergantung
pada curah hujan, struktur geologi dari batua di bawah tanah, dan bentuk
topografi.
Pengertian DAS dapat membantu
memecahkan masalah-masalah konflik yang dapat terjadi di dalam DAS, misalnya
penyebab dan pemecahan masalah pencemaran air tidak dapat dicari hanya dengan
memperhatikan airnya saja. Pada umumnya pengelolaan DAS yang tidak baik akan
merusak sumberdaya air di dalam DAS. Jadi keseluruhan DAS sungai harus
dujadikan sebagai satu unit pengelolaan.
PENGELOLAAN DAS
Penyelesaian masalah
kepemilikan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tindakan berupa
pembuatan perundang-undangan sebagai landasan kerja dalam melakukan pengelolaan
DAS. Pada tahun 1955 perlindungan DAS dan tindakan pencegahan banjir dengan
memberikan kewenangan untuk mengelola fasilitas lahan-lahan DAS menggunakan
konservasi tanah dan air. Pencegahan banjir di hulu lebih efektif dibanding
dengan pencegahan di daerah hilir. Perdebatan pengendalian banjir merupakan
sumber utama friksi antara pengelola tanah yang berwawasan lingkungan pada satu
pihak dan teknik pengelolaan tanah dipihak lain.
Perencanaan DAS dilakukan pada
skala basin sungai dan kegiatan perencanaan sumberdaya air diciptakan oleh
suatu badan pengelolaan sumberdaya air. Adanya kegiatan memfasilitasi pembuatan
komisi perencanaan basin sungai dilakukan untuk menyelesaikan semua kegiatan
kasus-kasus besar untuk mencapai tujuan secara terbatas dab mengontrol kualitas
air. Kegiatan tsb perlu dikoordinasikan dengan perencanan dan pemerintah,
membuat penjelasan dan penyebar luasan prinsip dan standar perencanaan
pengelolaan air dan sumberdaya lahan.
Hubungan antara penggunaan lahan dan kuantitas air diambil sebagai langkah
utama amendemen pengontrolan polusi air yang sekarang dikenal sebagai kegiatan
air bersih. Langkah selanjutnya mengontrol kualitas air untuk tujuan mengontrol
pengelolaan tanah yang diidentifikasikan sebagai pertanian, perkebunan,
pertambangan, konstruksi, peresapan air garam, pembuangan air sisa dan
pembuangan di atas tanah dan di bawah permukaan melalui perencanaan pengelolaan
buangan yang dilakukan secara luas.
Timbulnya gerakan lingkungan
sejak tahun 1960 secara terus menerus menghasilkan tuntutan adanya Pengelolaan
Ekosistem yaitu integrasi pengelolaan sumber daya alam lintas kepemilikan di
daerah perkotaan yang sama sengan di desa. Bentuk ini memberikan lingkungan
yang tepat antara unit hydrophere alami, DAS dan kebutuhan seluruh pengelolaan
yang berwawasan lingkungan pada tanah negara dan sumber daya air. Pengelolaan
DAS harus tetap fleksibel, sesuai dengan fisik, kimia dan sifat biologi yang
berhubungan dengan air. Dari sisi politik, pengelolaan DAS harus juga
bertanggung jawab terhadap pemberian kesempatan dan tantangan untuk pencegahan,
perbaikan, dan tujuan peningkatan pengolahan terhadap kemerdekaan perseorangan
dan kepada tujuan dari masyarakat yang mempunyai sumber alamnya sendiri dan
yang akhirnya dilola oleh masyarakat itu sendiri.
PENGELOLAAN DAS DAN PERUBAHAN BERSKALA BESAR
Kesadaran adanya perubahan
skala besar pada lingkungan bumi dihasilkan oleh teknologi pengawasan dan
modeling seperti timbulnya efek rumah kaca; hujan asam; pengaruh penggunaan
bahan rumah tinggal, industri dan bahan kimia yang diperdagangkan pada penahan
lapisan ozon. Kedua, efek rumah kaca dan hujan asam merupakan sifat lingkungan
bumi yang normal dari kehidupan kita selama ini. Efek rumah kaca mempunyai
akibat akhir yang menakutkan yaitu pPeningkatan Efek Global, yaitu menimbulkan:
1. Penambahan kadar CO2 yang ditransfer akibat terbakarnya bahan
bakar fosil dan penurunan komposisi organik yang keduanya menggunakan oksigen,
2. Kerusakan daerah hutan secara luas.
Akibat penambahan CO2, akan membatasi keluarnya radiasi gelombang
panjang, pembatasan bentuk radiasi dan penambahan temperatur menyebabkan
bertambahnya evaporasi. Terjadinya pembakaran fosil akan mengakibatkan
bertambahnya evaporasi dan berkurangnya radiasi gelombang pendek yang datang.
Persoalan hujan asam diperdebatkan. Hujan umumnya bersifat asam, tetapi asam
yang berlebih dari pembentukan dan deposisi asam nitrit dan asam sulfur dari
atmosfer, dari air atmosfer akan menimbulkan hujan asam.
METODOLOGI MODIFIKASI LINGKUNGAN SUMBER DAYA AIR
DALAM PENGELOLAAN DAS
Pengelolaan unit dasar
ketersediaan air pada pertemuan udara dan tanah hanya merupakan salah satu dari
beberapa metodologi untuk satu atau lebih komponen keseimbangan air bagi
keuntungan umat manusia. Metoda lainnya termasuk: pengurangan penggaraman,
pengurangan evaporasi, modifikasi cuaca, peredaran dan penguapan air.
1. Teknik pengurangan kadar garam (Desalinization) adalah suatu cara
pengurangan secara lambat laun biaya yang perlu dikeluarkan, namun masih lebih
tinggi dari metoda alternatif penambahan persediaan air.. Hal ini dilakukan
bila tidak menyediakan air bersih berbiaya tinggi atau biaya energi yang murah.
Penggunaan tenaga listrik menyebabkan biaya pengurangan kadar garam menjadi
mahal, sementara pengembangan teknologi cenderung berkurang, karena itu, teknik
ini hanya mungkin untuk daerah dengan kondisi air yang mengandung garam
tersebut.
2. Pengurangan evaporasi dengan pembentukan lapisan monomoleculer pada
permukaan tanah mencegah terjadinya penguapan. Dari hasil penelitian diperoleh
besarnya pengurangan evaporasi hanya sekitar 10% akibat kesulitan umtuk
memelihara lapisan dengan kondisi cuaca yang tidak cocok, terutama faktor angin
dalam menambah kehilangan evaporasi. Angin akan mendorong lapisan monomoleculer
ke bagian tubuh reservoir besar dimana kehilangan air yang berkumpul dan
menumpuk di sepanjang pantai memyebabkan pengurangan evaporasi yang kecil.
3. Modifikasi cuaca berupa teknologi memodifikasi lingkungan sumberdaya air
banyak digunakan. Pekerjaan utama yang dilakukan saat ini adalah memodifikasi
angin topan dan memodifikasi pembuatan halilintar untuk menghilangkan panas
pada kejadian pembakaran hutan besar dan untuk menghilangkan hujan es pada
daerah dimana kerusakan pada tanaman tertentu; menambah presipitasi untuk
mengurangi musim kemarau sementara waktu. Metoda ini menunjukan adanya: biaya
penambahan presipitasi yang rendah dan mudah dilakukan; biaya operasi langsung
mudah dibayar oleh keuntungan penambahan air yang tersedia; ada keuntungan
lainnya untuk ketersediaan air yang berlebihan , yaitu untuk menghasilkan
listrik, irigasi dan untuk tanaman makanan ternak.
4. Pengalihan, dipraktekkan secara luas sejak jaman dahulu menggunakan
ketersediaan air yang tidak digunakan/berlebihan atau air tersebut sudah
digunakan dan secara lokal tidak tersedia. Pada sebagian daerah panas di USA ,
teknik pengalihan air memberi peranan penting keberhasilan pemperkenalkan,
penggunaan, dan modifikasi pendekatan doktrin hak mengenai air (Blach, 1987)
yaitu perlunya ijin pengambilan air dari suatu aliran/DAS dan mengirimkannya ke
suatu DAS yang lainnya untuk penggunaan yang bermanfaat, dimana airnya tidak
perlu dikembalikan kepada DAS asalnya. Pengaruhnya adalah bertambahnya
presipitasi, bertambahnya run-off kepada DAS penerima dan akibatnya mengurangi
presipitasi dan run-off pada kedua DAS tersebut, sehingga tentunya berkaitan
dengan perubahan pada besarnya erosi dan sedimentasi serta flora dan fauna air.
5. Penyimpanan merupakan teknik pendekatan yang klasik untuk memecahkan
masalah kekurangan air untuk sementara waktu. Fungsi penyimpanan (strorage)
terutama untuk menyimpan air, tetapi peningkatan pada suatu danau alami yang
ada atau basin lahan basah dan percepatan atau peningkatan kembali penyediaan
air tanah, juga termasuk pendekatan yang dapat diterima. Pembuatan strorage sudah
dikenal sebagai kebijakan yang bijaksana dan teknologi ini menguntungkan secara
ekonomi dan lainnya seperti: untuk tempat rekreasi dan olah raga air,
pembangkit tenaga listrik, pelayaran dan pengendali banjir.
PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAS
Banyak kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan menata kembali kerusakan lahan yang terjadi dan dilain
pihak perlu melakukan pencegahan kerusakan dimasa mendatang. Semua tujuan ini
untuk membuat penggunaan lahan menjadi lebih baik akibat keterbatasan lahan dan
sumber air yang ada. Ada sejumlah pelaksanaan pengelolaan DAS dapat digunakan
dan dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya. Ada tiga sasaran umum
kegiatan pengelolaan DAS yaitu:
1. REHABILITASI
Memperbaiki lahan pertanian/kehutanan akibat erosi dan sedimen yang
berlebihan dan bahan-bahan yang mudah larut yang tidak diperlukan akibat
run-off dll. Metoda rehabilitasi yang digunakan adalah metoda: tanah hutan,
rangeland, tanah pertanian dan saluran aliran. Rehabilitasi sering dibatasi
untuk DAS kecil; pengertian rehabilitasi sering digunakan untuk membatasi
fungsi DAS yang memerlukan penataan kembali.
2. PROTEKSI
Perlindungan
tanah pertanian/kehutanan akibat pengaruh yang membahayakan produksi dan
kelestarian menggunakan metoda: tanah hutan, rangeland, pencegahan kebakaran,
pencegahan terhadap gangguan serangga/hama serta penyakit.
3. PENINGKATAN
Peningkatan
sifat sumber air dilakukan dengan manipulasi ciri-ciri suatu DAS akibat
pengaruh hidrologi atau fungsi kualitas air. Tujuan penungkatan pengelolaan DAS
didasarkan pada pengakuan bahwa sistem tanah-tanaman yang alami tidak
memerlukan produksi air yang optimum. Ketergantungan pada tujuan pengelolaan
tanah tertentu, neraca air, cara hidup atau kualitas air dapat dirubah. Semua
praktek dan program peningkatan yang sekarang dilakukan (kuantitas air dan cara
hidup) dan program perlindungan serta perbaikan, bertujuan untuk mengontrol
atau menata kualitas air. Pelaksanaannya antara lain adalah Penebangan dan Perubahan Tanaman. Umumnya
tanaman perlu ditebang agar: mempertahankan pertemuan permukaan pada tahun
pertama; menghindari gangguan pada proses hidrologi alami pada bidang pertemuan
tanah dan air.
Untuk
menjaga sumber utama air di perkotaan, diperlukan pengelolaan pengaruh run-off
dari DAS sekitar hutan. Pengawasan rutin perlu untuk menjamin jalannya
peraturan bahwa air yang mengalir di saluran/sungai tidak digunakan untuk
rekreasi, penggunaan secara perseorangan, tempat pembuangan air kotor dan
limbah industri.
Pembuatan saluran, pemberantasan phreatophyte, kontrol erosi pada tepi
sungai, program jalan masuk aliran, drainase, perlindungan dan penataan kembali
terhadap perikanan, serta program pengalihan air perlu dilakukan. Banyak
pekerjaan saluran berjangka pendek memberikan keuntungan ekonomi kepada organisasi
penyalur tenaga kerja untuk menyalurkan pekerja dalam memelihara saluran yang
diperbaiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar